Mencairkan Suasana Pasca Berdebat

Mencairkan Suasana Pasca Berdebat
Mencairkan Suasana Pasca Berdebat

Mencairkan suasana pasca berdebat itu ibarat kita mempunyai parang, setelah melakukan pemotongan beberapa kayu akan terasa tumpul, dan kita perlu mengasahnya agar tajam bila kita menggunakannya.

Pengibaratan yang lain seperti rem sepeda yang membutuhkan pelumas, agar enak jika kita menggunakannya, dan awet (jarang putus).

Perdebatan adalah hal yang wajar, karena adanya perbedaan pendapat atau interaksi tukar pikiran, bertujuan menguji argumentasi dalam rangka penyatuan visi dan misi.

Di dalam berdebat akan ada gesekan ego masing-masing orang. Tidak jarang terjadi pertengkaran, dalam dunia kerja harus dicairkan kembali suasana seperti ini, agar komunikasi kerja tetap lancar. Mungkin ini yang kita sebut dengan profesionalisme. Lalu apa saja yang harus kita lakukan.

Mencairkan Suasana Pasca Berdebat dengan Koreksi Diri

Kita harus melatih diri kita dengan hal-hal yang baik, agar tercipta spontanitasnya. Seperti atlit bela diri yang selalu berlatih meninju, menendang, menangkis untuk latihan dasar mereka. Untuk menciptakan spontanitas dan keakuratan gerak mereka.

Begitupun dengan hal-hal baik, awal mula yang akan kita bangun adalah koreksi diri secepat mungkin. Apakah argumen kita benar atau penyampaikan kita sudah tepat.

Memulai dengan Berbicara Hal Keakraban

Di tempat kerja jarang kan ada pertengkaran, emosi karena keegoisan mungkin sering terjadi. Tapi saya yakin mereka adalah orang yang profesional dalam bekerja dan dewasa dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika kita memulai pembicaraan tentang keseharian dengan nada keakraban. Kita semua akan berpikir “Perdebatan yang tadi sudah, mari selanjutnya kita tertawa bersama”.

Sedikit sulit jika tidak mengetahui karakter rekan debat kita. Pasti jika sudah lama bekerja bersama, akan akan terlihat karakter mereka. Dengan mengetahui karakter mereka, kiita bisa memulai pembicaraan dengan akrab ini di waktu yang tepat bahkan kita bisa bercanda daam waktu yang dekat. Ketidak tepatan waktu akan semakin membuat suasana lebih kaku dan mungkin kita akan merasa tidak mereka perdulikan.

Baca Juga :   Direct Selling : Pengertian, Strategi, dan Plus-Minusnya

Mencairkan Suasana Pasca Berdebat dengan Meminta Maaf

Mungkin pembicaraan awal sedikit kaku, kita bisa meminta maaf terlebih dahulu, walaupun kita berpikir tidak melakukan kesalahan, kemungkinan meminta maaf terlebih dahulu adalah untuk memulihkan perdamaian. (Baca : IDN TIMES)

Tidak semua mempunyai budaya meminta maaf. ada kelompok individu akan tersinggung jika kita minta maaf terlebih dulu, karena mungkin perdebatan mereka bukan berakhir dengan kamu salah kamu harus minta maaf, tapi perdebatan itu dibangun untuk penggalian kebenaran dan penyatuan visi. Jika demikian kita hanya bisa berbicara hal keakraban saja setelah perdebatan itu terjadi.

Di Indonesia khususnya mempunya budaya minta maaf, tentang apapun jika ada gesekan. Jika demikian kita bisa mengawali meminta maaf lebih dulu.

Baca Juga Langkah Sederhana Mengurangi Kesalahan Kerja

Mencairkan Suasana Pasca Berdebat dengan Makan Bersama

Keakraban selanjutnya, kita bisa mengajak makan bersama. Pembicaraan bisa lebih santai. Bahkan kita bisa mengungkit sedikit perdebatan itu kembali secara santai juga.

Tidak jarang solusi permasalahan kita dapatkan ketika makan bersama. Bahkan jarang terjadi gesekan, karena suasana santai. Tapi jika ada gesekan sedikit saja mungkin ada piring melajang hehehe

Penutup

Keadaan ini harus mempunyai kesesuai masalah perdebatan masing-masing. Tapi kebanyakan yang terjadi adalah memulai berbicara dengan akrab, meinta maaf dan mengajak makan bersama.

Setiap orang harus berkaca terlebih dahulu, melihat dirinya dan memulai aktifitas positif mereka. Karena “keuntungan” akan kita peroleh dengan kegiatan yang positif.

Kita harus berpikir keadaan selanjutnya, agar komunikasi kerja tetap terjalin baik untuk kelancaran prosesnya. Perdebatan tetap harus ada jika untuk menggali kebenaran dan penyatuan visi.

4 pemikiran pada “Mencairkan Suasana Pasca Berdebat”

  1. paling enak sih yang berakhir dengan makan makan alias ada yang ngebosin atau nraktir eh…atau ya ganti gantian gitu…biar suasana santai lagi. Memang kalau abis debat harus ada yang mulai untuk mencairkan suasana kembali. Jangan abis debat malah pada diem dieman berantem tiada berujung hahaha….ya dalam kerjaan saat debat juga seringkali terjadi begitupula di kehidupan sehari hari saat berinteraksi dengan orang lain. Itulah yang dinamakan bumbu kehidupan ^^

    Balas
  2. Say tidak suka berdebat, tapi saya suka berdiskusi atau berdialog. Karena menurut saya berdebat itu tidak efektif dalam mencari mana yang benar/terbaik. Terlebih lagi debat calon pemimpin yang disiarkan di TV yang terkadang memperlihatkan siapa yang paling suka memotong perkataan, ditambah lagi waktu yang dibatasi sehingga orang yang tidak pandai bicara pun kesulitan menyampaikan idenya.

    Saya pernah melihat sosok tokoh yang diberi waktu setengah jam atau satu jam khusus untuknya dalam sebuah interview di TV, tadinya saya meragukan beliau tapi setelah mendengar kata demi kata yang disampaikannya saya berkesimpulan orang tersebut punya kualitas sebagai leader. Kualitas yang mungkin tidak akan mudah terlihat dalam acara debat liar.

    Dulu saya pernah berdebat dengan seorang teman sekontrakan jaman mahasiswa dulu. Sampai-sampai saya pengin pindah cepat-cepat biar bisa ngekos sendiri. Beberapa tahun kemudian saya menyadari apa yang disampaikan teman saya ini ternyata saya sepakat juga. Tapi kenapa dulu saya ngga sepakat? Yah, andai dulu kita diskusi atau ngobrol-ngobrol santai bukan debat tentu pokok-pokok permasalahannya akan lebih terlihat jelas. Faktor ego telah menutupi.

    Jadi saya pikir perdebatan itu bukan sekadar bikin suasana panas tetapi juga mengalihkan dari hakikat yang dibicarakan. Nah, dengan mencarikan suasana pasca berdebat, apalagi disertai meminta maaf, diharapkan masing-masing pihak bukan hanya menjadi adem kembali melainkan juga dapat mempertimbangkan kembali posisi atau pendiriannya untuk mencari apa yang benar atau terbaik.

    Balas

Tinggalkan komentar