Akun Modal dalam Perseroan

Pengantar

Ketika perseroan secara resmi terbentuk melalui akta pendirian perusahaan, perseroan akan memulai melakukan penjualan hak kepemilikan dalam bentuk lembar saham. Jika perseroan hanya memiliki satu jenis atau satu kelas saham, maka saham tersebut dinamakan sebagai saham biasa (common stock). Setiap lembar saham biasa akan memberikan pemegang saham hak untuk menentukan perihal perusahaan (memiliki hak suara), memperoleh bagian atas laba perusahaan (berupa dividen), membeli lebih dahulu tambahan saham biasa baru yang diterbitkan oleh perusahaan agar dapat mempertahankan besarnya presentase kepemilikan dalam jumlah yang sama (pre-emptive right), dan hak untuk mendapatkan sisa klaim (residual claim) setelah klaim kreditor dan pemegang saham prefen atas aktiva perseroan dipenuhi (pada saat terjadinya likuidasi).

Modal pemilik dalam perseroan dinamakan modal pemegang saham (stockholders equity). Dalam neraca perseroan, bagian modal pemegang saham akan melaporkan secara terperinci jumlah dari masing-masing dua sumber utama modal. Sumber modal yang pertama adalah modal yang disetor atau yang dikontribusi oleh pemegang saham, yang dinamakan sebagai modal disetor (paid-in capital) atau modal yang dikontribusi (contributed capital). Sedangkan sumber modal yang kedua adalah laba bersih yang ditahan dan diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan, yang dinamakan sebagai laba ditahan atau saldo laba (retained earnings).

Modal disetor adalah keseluruhan jumlah kas dan aktiva lainnya yang disetorkan oleh pemegang saham ke dalam perseroan untuk dipertukarkan dengan saham. Sedangkan laba ditahan timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan yaitu laba bersih.

Pada setiap akhir periode akuntansi, laba bersih (net income) yang dihasilkan selama periode berjalan akan ditutup ke akun laba ditahan melalui ayat jurnal penutup, dimana akun ikhtisar laba rugi akan didebit dan akun laba ditahan akan dikredit. Pengumuman atas pembagian keuntungan (sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan selama periode berjalan) kepada pemegang saham dalam bentuk dividen akan dikredit. Laba bersih yang dihasilkan selama periode berjalan ini akan menambah jumlah laba ditahan yang ada pada awal periode, sedangkan dividen yang diumumkan untuk periode berjalan akan mengurangi atau memperkecil laba ditahan. Laba ditahan memiliki saldo normal disebelah kredit, sehingga pengurangan terhadap laba ditahan akan dicatat disebelah debit, dan penambahan atas laba ditahan akan dicatat disebelah kredit.

Nama Perkiraan Debit Kredit
Ikhtisar Laba Rugi Xxx -
      Laba ditahan - Xxx
(menutup saldo laba bersih)    
Laba ditahan Xxx -
      Dividen tunai - Xxx
      Dividen saham - xxx
(menutup akun dividen)    

Besarnya laba ditahan pada akhir periode sesungguhnya adalah akumulasi laba bersih dari beberapa periode (termasuk periode berjalan) yang masih tersisa setelah dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (baik dividen tunai maupun dividen saham biasa).

Modal Disetor

Sumber utama modal disetor adalah berasal dari penerbitan saham (modal saham). Jumlah maksimum lembar saham yang dapat diterbitkan oleh perseroan dinamakan sebagai modal dasar (modal yang diotorisasi). Besarnya modal dasar (authorized capital) ini biasanya disebutkan dalam piagam atau akta pendirian perusahaan.

Pengesahan (pengotorisasian) modal saham tidak memerlukan ayat jurnal akuntansi karena peristiwa ini tidak memiliki efek langsung terhadap besarnya aktiva maupun modal pemegang saham. Akan tetapi, pengungkapan atas jumlah lembar saham yang diotorisasi tetap akan diperlukan di dalam neraca, yaitu pada bagian modal pemegang saham (stockholders’ equity section).

Penerbitan Saham

Nilai pari saham tidak mencerminkan harga pasarnya. Secara umum, harga saham akan mengikuti kecenderungan kondisi keuangan, laba, maupun dividen emiten (perusahaan penerbit saham). Di samping itu ada faktor-faktor lain di luar kendali perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham seperti perubahan tingkat suku bunga, embargo minyak, inflasi, pemilihan kepala negara, dan perubahan situasi ekonomi maupun politik.

Uang kas yang diterima sebagai hasil dari penerbitan dan penjualan saham dapat menyamai, lebih besar, atau bahkan lebih kecil dari nilai parinya. Ketika saham dijual dengan harga dibawah nilai parinya, maka saham tersebut dikatakan dijual dengan diskonto (disagio). Sebaliknya ketika saham dijual dengan harga diatas nilai parinya, maka saham tersebut dikatakan dijual dengan premium (agio).

Ketika saham yang bernilai pari diterbitkan dengan premium, akun kas atau aktiva lainnya akan didebit sebesar jumlah yang diterima. Akun saham biasa atau saham preferen lalu dikredit sebesar nilai parinya. Kelebihan jumlah yang diterima atas nilai pari akan dicatat secara terpisah di sebelah kredit dengan menggunakan akun yang diberi nama “modal disetor dalam kelebihan harga jual di atas nilai pari (paid-in capital in excess of issue price over par)”. Kelebihan jumlah yang diterima ini merupakan bagian dari total investasi pemegang saham ke dalam perusahaan. Oleh karena itu, kelebihan jumlah ini diklasifikasikan sebagai bagian dari modal disetor (additional paid-in capital).

Ilustrasi 1

PT Tobatus Aliano menerbitkan dan menjual secara tunai 1.000 lembar saham preferen dan 5.000 lembar saham biasa. Nilai pari untuk setiap lembar saham preferen dan saham biasa masing-masing Rp 1.400.- dan Rp 600.-. Sedangkan harga pasar (harga jual) untuk setiap lembar saham preferen dan saham biasa masing-masing adalah Rp 1.700.- dan Rp 800.- Jumlah saham yang diotorisasi sebanyak 3.500 lembar untuk saham preferen dan 8.000 lembar untuk saham biasa. Diasumsikan juga bahwa sepanjang periode tidak ada jumlah saham yang ditarik kembali dari tangan pemegang saham.

Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut di atas adalah:

Nama Perkiraan Debit Kredit
Kas  Rp 5.700.000
Saham Preferen
Rp 1.400.000
Saham Biasa
 Rp 3.000.000
Kelebihan harga jual di atas nilai pari –Saham Preferen
 Rp    300.000
Kelebihan harga jual di atas nilai pari –Saham Biasa
 Rp 1.000.000

Besarnya total modal disetor dari transaksi diatas adalah Rp 5.700.000,00 di mana Rp 4.400.000,00 (yang ditunjukkan lewat akun saham preferen dan saham biasa) merupakan modal saham (capital stock) dan Rp 1.300.000,00 merupakan tambahan modal disetor. Akun saham preferen dan saham biasa selalu dicatat di sebelah kredit sebesar nilai parinya, dan menggambarkan legal capital.

Lanjutan dari ilustrasi diatas, jika seandainya pada akhir tahun 2019 perusahaan memiliki laba ditahan sebesar RP 40.000.000,- maka bagian modal pemegang saham yang akan tampak dalam neraca perusahaan menjadi sebagai berikut:

PT Tobatus Aliano
Neraca (sebagian)
31 Desember 2019
Modal Pemegang Saham
Modal Disetor
Modal Saham:
Saham Preferen (nilai pari Rp 1.400.- per lembar, 3.500 lembar diotorisasi, 1.000 lembar diterbitkan dan beredar)
 Rp  1.400.000
Saham Biasa (nilai pari Rp 600.- per lembar, 8.000, lembar diotorisasi, 5.000 lembar diterbitkan dan beredar)
 Rp  3.000.000
TOTAL MODAL SAHAM :  Rp  4.400.000
Tambahan Modal Disetor:
Kelebihan Harga Jual diatas Nilai Pari-Saham Preferen
 Rp     300.000
Kelebihan Harga Jual di atas Nilai Pari-Saham Biasa
 Rp  1.000.000
TOTAL TAMBAHAN MODAL DISETOR :  Rp  1.300.000
TOTAL MODAL DISETOR :  Rp  5.700.000
Laba ditahan Rp40.000.000,00
TOTAL PEMEGANG SAHAM Rp45.700.000,00

Saham dapat juga diterbitkan atas dasar pesanan. Kontrak pesanan ini secara hukum akan mengikat antara pemesan (pembeli saham) dengan perseroan (penerbit saham). Dalam kontrak pesanan disebutkan jumlah lembar saham yang dipesan, harga pesanan, dan persyaratan atau jangka waktu pembayaran. Pesanan yang dituangkan dalam kontrak ini akan memberikan perseroan hak untuk menerima sejumlah pembayaran berdasarkan harga kontrak dan memberikan status hukum kepada pemesan sebagai pemegang saham. Biasanya, ketika saham dijual melalui prosedur pesanan, sertifikat saham akan diserahkan kepada pemesan jika seluruh harga saham yang dipesan dilunasi.

Ilustrasi 2

Asumsi bahwa di akhir tahun 2019 PT Tobatus Aliano menerima pesanan saham biasa sebanyak 2.000 lembar dengan harga pesanan Rp 770.- per lembar. Dalam hal ini, perusahaan menerima uang muka sebesar 30% dari total harga pesanan. Sedangkan sisanya sebesar 70% akan diterima pelunasannya pada tanggal 7 Januari 2020.

Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut adalah:

Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas 462.000,00
Piutang Pesanan Saham Biasa 1.078.000,00
Pesanan Saham Biasa
1.200.000,00
Kelebihan Harga Jual di atas Nilai Pari-Saham Biasa
340.000,00

Besarnya total modal disetor dari transaksi diatas adalah Rp 462.000,00. Angka ini diperoleh dari Rp 1.200.000,00 + Rp 340.000,00 – Rp 1.078.000,00. Dimana Rp 1.200.000,00 (2.000x Rp 600,00) yang ditunjukkan lewat akun pesanan saham biasa merupakan modal saham, dan Rp 340.000,00 ([Rp 770,00 – Rp 600,00] x 2.000 lembar) merupakan tambahan modal disetor, sedangkan Rp 1.078.000,00 (70%x Rp 770,00 x 2.000 lembar) yang ditunjukkan lewat akun piutang pesanan saham biasa merupakan pengurang dari modal disetor.

Akun pesanan saham biasa merupakan akun sementara dari akun saham biasa. Akun pesanan saham biasa akan direklas menjadi akun saham biasa pada saat seluruh harga saham yang dipesan dilunasi.

Dengan melanjutkan neraca parsial di atas, maka pengaruh transaksi pesanan saham biasa terhadap besarnya modal pemegang saham adalah sebagai berikut:

PT Tobatus Aliano
Neraca (sebagian)
31 Desember 2019
Modal Pemegang Saham
Modal Disetor
Modal Saham:
Saham Preferen (nilai pari Rp 1.400.- per lembar, 3.500 lembar diotorisasi, 1.000 lembar diterbitkan dan beredar)
 Rp  1.400.000
Saham Biasa (nilai pari Rp 600.- per lembar, 8.000, lembar diotorisasi, 5.000 lembar diterbitkan dan beredar)
 Rp  3.000.000
Pesanan Saham Biasa (2.000 lembar)
Rp  1.200.000
TOTAL MODAL SAHAM : Rp  5.600.000
Tambahan Modal Disetor:
Kelebihan Harga Jual diatas Nilai Pari-Saham Preferen
 Rp     300.000
Kelebihan Harga Jual di atas Nilai Pari-Saham Biasa
Rp  1.340.000
TOTAL TAMBAHAN MODAL DISETOR : Rp  1.640.000
Dikurangi Piutang Pesanan Saham Biasa
(Rp  1.078.000)
TOTAL MODAL DISETOR : Rp  6.162.000
Laba ditahan Rp40.000.000,00
TOTAL PEMEGANG SAHAM Rp46.162.000,00

Pada tanggal 7 Januari 2020, ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat pelunasan pesanan saham biasa dan penerbitan sertifikat saham adalah:

Nama Perkiraan Debit Kredit
Kas 1.078.000
Piutang Pesanan Saham Biasa
1.078.000
Pesanan Saham Biasa 1.200.000
Saham Biasa 1.200.000

Berikut adalah bagian modal pemegang saham yang tampak dalam neraca perusahaan setelah pelunasan saham biasa diterima dan sertifikat saham diterbitkan:

PT Tobatus Aliano
Neraca (sebagian)
31 Desember 2019
Modal Pemegang Saham
Modal Disetor
Modal Saham:
Saham Preferen (nilai pari Rp 1.400.- per lembar, 3.500 lembar diotorisasi, 1.000 lembar diterbitkan dan beredar)
 Rp  1.400.000
Saham Biasa (nilai pari Rp 600.- per lembar, 8.000, lembar diotorisasi, 7.000 lembar diterbitkan dan beredar)
Rp  4.200.000
TOTAL MODAL SAHAM : Rp  5.600.000
Tambahan Modal Disetor:
Kelebihan Harga Jual diatas Nilai Pari-Saham Preferen
 Rp     300.000
Kelebihan Harga Jual di atas Nilai Pari-Saham Biasa
Rp  1.340.000
TOTAL TAMBAHAN MODAL DISETOR : Rp  1.640.000
TOTAL MODAL DISETOR : Rp  7.240.000
Laba ditahan Rp40.000.000,00
TOTAL PEMEGANG SAHAM Rp47.240.000,00

Setelah pesanan saham biasa dilunasi dan sertfikat saham diterbitkan, maka sekarang besarnya saham biasa yang telah diterbitkan dan beredar menjadi 7.000 lembar. Saldo akun pesanan saham biasa menjadi nihil, karena saldonya telah ditransfer atau direklas ke dalam saldo akun saham biasa. Besarnya modal disetor dari saham biasa menjadi Rp 4.200.000,00 (diperoleh dari hasil kali antara jumlah lembar saham yang telah diterbitkan dengan nilai pari per lembar saham biasa). Akun piutang saham biasa menjadi nihil sebagai hasil dari pelunasan. Setelah pesanan saham biasa dilunasi, transaksi pesanan saham biasa ini secara keseluruhan menghasilkan penambahan modal disetor sebesar Rp 1.540.000,00 (2.000 lembar x RP 770,00). Atau hal ini dapat dilihat dari selisih antara besarnya modal disetor sesudah transaksi pesanan saham biasa dilunasi (Rp 7.240.000,00) dengan besarnya modal disetor sebelu adanya transaksi pesanan saham biasa (Rp 5.700.000,00).

Di beberapa negara, baik saham preferen maupun saham biasa dapat diterbitkan tanpa nilai pari. Ketika saham tanpa nilai pari diterbitkan, keseluruhan hasil yang diterima akan dikredit langsung ke akun saham bersangkutan. Ini benar-benar dilakukan meskipun harga penerbitan saham bervariasi dari waktu ke waktu. Sebagai contoh: asumsi bahwa perusahaan menerbitkan 10.000 lembar saham biasa tanpa nilai pari dengan harga jual Rp 870,00 per lembar, dan kemudian perusahaan menerbitkan lagi 2.000 lembar tambahan saham biasa tanpa nilai pari dengan harga jual Rp 820,00 per lembar. Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat penerbitan atau penjualan tunai atas saham biasa tanpa nilai pari tersebut di atas adalah:

Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas 8.700.000,00
Saham Biasa
8.700.000,00
Kas 1.640.000,00
Saham Biasa
1.640.000,00

Sumber/Referensi

Hery, SE. Akuntansi untuk Firma dan Perseroan.(2010). Kencana: Jakarta.

Sugiarto. Pengantar Akuntansi. (2020). Universitas Terbuka: Tangerang Selatan.

Baca Juga :   Bukti Transaksi dan Jenis-jenisnya

Tinggalkan komentar