Pengertian
Rasa malu adalah perasaan tidak enak hati karena berbuat sesuatu yang kurang baik ( kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai kekurangan fisik dan atas hal-hal ganjil lainnya). Malu juga karena kita segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat. Seperti itu pengertian dari malu yang ada dalam KBBI.
Ketika awal pandemi, seperti aneh jika sholat di masjid menggunakan masker. Maka, kebanyakan saya melakukan sholat di rumah. Tapi semakin lama malah malu jika sholat di masjid tidak memakai masker. Kemarin istri bercerita, pergi menjemput anak-anak dari mengaji lupa memakai masker. Di tengah jalan istri baru mengingat kalau sedang tidak memakai masker, ditutuplah kaca helm yang gelap karena malu. Begitulah jika menyalahi kebiasaan yang sudah terbangun dalam masyarakat.
Saya adalah orang yang secara fisik tertutup, memakai baju atau kaos, dan bawahan selalu pakai celana atau sarung. Suatu saat saya memakai celana pendek di dalam tempat tinggal, dan mua sedikit merapikan halam dan menyiram tanamannya. Lantas saya mengganti bawahan dengan celana agak panjang karena merasa risih (ganjil) jika harus memaki celana pendek di uar rumah. Berbeda jika harus badminton dengan teman-teman laki-laki.
Suatu saat saya pernah berjalan dalam pusat perbelanjaan, melihat wanita berpakaian serba minim. Saya sempat bertanya dalam hati, mengapa dia tidak malu? Malah ketika berpapasan secara langsung, saya akan memalingkan pandangan karena ada keganjilan, risih yang itu juga bisa saya sebut malu untuk melihat. Tapi saya tidak akan melanjutkan sisi ini, karena dapat mengusik moral dan kelakian-lakianku. Malu dong saya.
Kita juga sering melihat di sebuah berita, orang yang tertangkap melakukan kejahatan tertunduk, dan merasa tidak mau menampilkan wajah mereka. Saya sebut itu malu karena seseorang menyadari telah melakukan seuatu hal yang melewati batas peraturan dan tabu dalam pandagan masyarakat.
Baca Juga Kecewa Karena Tidak Membaca
Meletakkan Rasa Malu
Saya belum mengerti apakah ini bisa kita lakukan. Mari kita berpikir sejenak, kalau hidup juga terkait tentang perbuatan baik dan buruk, benar dan salah, moral dan immoral, tepat dan tidak tepat. Saya dan bahkan kita mungkin secara tidak sadar akan merasa ganjil jika melakukan hal negatif. Tapi terkadang kita melakukan sesuatu secara spontan.
Terkait perbuatan yang kita lakukan secara spontan, mungkin tidak masalah jika itu adalah perbuatan yang baik. Tapi, menjadi masalah jika itu adalah perbuatan yang kurang tepat, bahkan buruk dan melebihi batas. Perlu melatih diri untuk berpikir sejenak dan cepat terkait ketepatan perbuatan yang akan kita lakukan.
Cerita selanjutnya dengan kasus yang berbeda adalah saya pernah menjadi muda. Suatu saat saya ingin melakukan shalat sunnah rawatib, tapi saya malu untuk melakukan shalat sunnah rawatib ini. Alasannya, seperti saya terlihat sok keren, sok alim, padahal shalat rawatib adalah perbuatan baik. Pikiran yang mempunyai “alasan negatif” tersebut memang harus kita hilangkan ketika ingin berbuat baik, selalu meluruskan niat dan bahkan meningkatkan antusias pada diri sendiri lebih dari pikiran negatif tersebut.
Kita juga harus lebih bersemangat jika ingin memperbaiki perbuatan buruk yang kita lakukan. Mungkin kita malu dengan yang sudah kita perbuat. Tapi melunasi perbuatan buruk dengan perbuatan baik adalah jalan keluarnya.
Catatan terakhir untuk menjelaskan semua kalimat di atas adalah mari kita malu jika hanya akan melakukan perbuatan yang buruk, dan mari tingkatkan antusias jika ingin melakukan perbuatan baik. Semoga catatan ini menjadi nasihat yang bermanfaat bagi saya pribadi dan para pembaca.
Bagaimana menurut Mas, orang yang melakukan sesuatu yang janggal menurut kita, tetapi mereka biasa-biasa aja. Seperti wanita di mall tadi. Hal senada sering juga kita lihat host permpuan di layarTV. Saat melakukan wawancara tatapan lansung dengan nara sumber, roknya minim, waktu duduk celah anunya menganga menghadap ke lawan bicaranya dan ke penonton. Apakah orang seperti ini bisa dikategorikan tak punya malu? He he
Itu sulit Nek, saya cenderung mengalah dan menahan pan pandangan, cie cie.
Karena kebiasaan 1 bertemu dengan kebiasaan yang lain. Seharusnya patokan aga sudah lengkap jika mengenai rasa malu. Nasihat keluarga dulu aja Bunda (Nenek) Nursini.
Ngomong-ngomong soal celana, jadi ingat.. saya sudah lama tidak memakai celana pendek di bawah lutut, termasuk saat di rumah. Mungkin sejak SMA. Sehingga ketika suatu hari ada acara arung jeram bersama teman kantor, saya pakai celana pendek yang biasa saya pakai di rumah, rasa-rasanya selama ini pakai panjangnya sudah di bawah lutut, tapi pas sudah di perahu jadi pendek di atas lutut karena ketarik. Jadi terasa ganjil, meski pada dasarnya kalo nengok kanan-kiri teman-teman yang lain biasa saja.
saya pertama badminton sama temen temen lelaki juga merasa aneh dan sedikit malu Pak. Harusnya pakek Deker (leging) biar ketutup. kayak Muhammad Ahsan