parenting,

Membentuk Karakter Anak

Bondan Bondan Follow Feb 11, 2022 · 3 mins read
Membentuk Karakter Anak
Share this

Membentuk Karakter Anak Membentuk Karakter Anak

Membentuk karakter anak menjadi karakter yang positif adalah niatan yang harus kami pertajam kembali. Pasalnya, saya pribadi mempunyai pikiran bahwa dengan sekali nasihat anak akan menuruti nasihat itu. Tapi saya lupa dengan apa yang pernah saya tulis dan pelajari bahwa beda anak, beda pengasuhan.
(Baca: Bondan Family)

Apalagi ini hanya ekspektasi terhadap anak-anak, padahal itu adalah bayangan saja. Saya pribadi tidak menyalahkan diri sendiri karena telah berekspektasi.

Namun, saya harus sadar, ada beberapa pola perilaku anak-anak yang harus segera kami (saya dan istri) ubah karena kami anggap kurang positif. Tentu saja yang harus kami cari tahu adalah caranya.

Faktor-faktor yang Membentuk Karakter Anak

Saya mulai mencari tahu dan merangkum beberapa informasi terkait faktor-faktor yang membentuk karakter anak, antara lain:

1. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan adalah ruang tempat seseorang hidup yang membuatnya bersentuhan dengan yang lain. Dari sentuhan itu seseorang akan menyesuaikan perilaku mereka.

Untuk bahan pembahasan, kami perlu mengklasifikasi tempat-tempat di mana kami berada dan berinteraksi. Meskipun untuk saat ini, lingkungan tempat kami berada adalah lingkungan yang baik.

2. Pola Asuh

Pola asuh anak adalah proses usaha meningkatkan dan mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, intelektual, dan spiritual dari bayi sampai dewasa.

3. Pembiasaan

Pembiasaan adalah sikap dan perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang. Kebiasaan yang dilakukan oleh anak akan menjadi karakter mereka.

Sebagai orang tua, kami perlu memberikan fasilitas dan contoh kebiasaan yang baik, agar kebiasaan itu juga dilakukan oleh anak.

4. Faktor Sifat Turunan

Tidak sedikit orang menyampaikan bahwa sifat si A sama seperti bapaknya, atau si B seperti ibunya. Bahkan ada pepatah mengatakan, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.”

Mengetahui faktor ini membantu kami dalam menentukan pendekatan pengasuhan.

Pengalaman yang Terjadi

Anak-anak kami ada dalam lingkungan yang cenderung bisa kami pantau, meskipun pantauan itu terbatas.
Kegiatan mereka saat ini ada di rumah, sekolah, dan masjid untuk mengaji.

Misalnya, kebiasaan si adik di sekolah sering dilaporkan oleh para guru, terutama jika ada sesuatu yang perlu kami diskusikan.

Si adik juga terpantau saat di masjid mengaji, dibantu pengawasan oleh kakaknya. Baru-baru ini, sifatnya yang pendiam dan introvert membuatnya rentan dibully.

Si adik pernah mendapat pukulan dari teman-temannya dan hanya diam. Untungnya kejadian ini disaksikan kakaknya dan diselesaikan dengan bijak oleh ustadzah.

Dari kebiasaan di luar rumah, si adik adalah anak yang pendiam dan cenderung hanya berbicara jika diajak duluan.
Saya pernah mengamatinya saat bermain di taman, ia lebih suka mengamati anak lain. Mungkin sedang berpikir cara mendekati agar bisa bermain bersama.

Di rumah, jika saya hadir, dia hanya makan jika disuapi. Main gadget agak sulit dihentikan.
Jika kami memberi nasihat berupa larangan atau perintah, dia sering menolak.

Pembiasaan yang Harus Kami Lakukan

Lingkungan sudah terjadi seperti sekarang, maka kami perlu melakukan beberapa pembiasaan baru dan mengatur ulang proses pembentukan karakter di rumah.

Pembiasaan Ikut Serta

Suatu hari, si adik bermain gawai sambil murojaah surat Al-Kafirun.
Saya mencoba ikut membacanya — dia pun semakin semangat.

Di waktu lain, Bundanya saya minta membaca Al-Kafirun saat adik bermain gawai, dan ternyata dia merespons dengan ikut membaca.
Ini pola yang baru kami coba untuk meningkatkan spiritual dan intelektualnya.

Baca juga: Perilaku Anak yang Seharusnya Tidak Kita Abaikan

Perulangan Nasihat Saat Kondusif

Penolakan langsung dari si adik atas nasihat membuat kami mencari jalan keluar.

Pertama, menasihatinya dengan berbisik. Mungkin selama ini dia menganggap nasihat kami adalah bentuk kemarahan.

Kami juga mulai mengulang nasihat secara konsisten agar tertanam dalam pikirannya, dan suatu saat dia akan memahami dan mengamalkannya.

Kesimpulan

Karakter tidak terbentuk begitu saja. Sekuat apa pun usaha kita, tanpa kehendak Yang Kuasa, karakter itu takkan terbentuk.

Maka, bukan hanya usaha yang harus dilakukan, tapi juga doa.

Join Newsletter
Get the latest news right in your inbox. We never spam!
Bondan
Written by Bondan Follow
Blogger, Employer, love to explore new ideas and write on my morning coffee!