Membentuk Karakter Anak

Membentuk Karakter Anak
Membentuk Karakter Anak

Membentuk karakter anak menjadi karakter yang positif adalah niatan yang harus kami pertajam kembali. Pasalnya saya pribadi mempunyai pikiran, dengan sekali nasihat anak akan menuruti nasihat itu. Tapi saya lupa dengan apa yang pernah saya tulis dan pelajari bahwa beda anak beda pengasuhan.(Baca : Bondan Family )

Apalagi ini hanya ekspektasi terhadap anak-anak, padahal itu adalah bayangan saja. Saya pribadi tidak menyalahkan diri sendiri karena telah berekspektasi.

Tapi saya harus sadar, ada beberapa pola perilaku anak-anak yang harus segera kami (saya dan istri) ubah. Karena kami anggap perilaku itu kurang positif. Tentu saja yang harus kami cari tahu adalah caranya.

Faktor-faktor yang Membentuk Karakter Anak

Saya mulai mencari tahu dan mengumpulkan serta merangkum beberapa informasi terkait faktor-faktor yang membentuk karakter anak antara lain;

1. Pengaruh Lingkungan dalam Membentuk Karakter Anak

Lingkungan itu adalah ruang tempat seseorang hidup yang mengakibatkan bersentuhan dengan yang lain. Dari sentuhan itu seseorang akan menyesuaikan perilaku mereka.

Untuk membuat bahan pembahasan beberapa tempat yang perlu kami klasifikasi di mana saja kami berada dan berinteraksi. Walaupun untuk sementara ini lingkungan tempat kami berada adalah lingkungan yang baik.

2. Pola Asuh dalam Membentuk karakter Anak

Pola asuh anak adalah proses usaha meningkatkan dan mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, intelektual, spiritual, dari bayi sampai dewasa.

3. Pembiasaan dalam Membentuk Karakter Anak

Adalah sikap dan perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang. Kebiasaan yang dilakukan oleh anak akan menjadikan karakter mereka. Maka sebagai orang tua memberikan fasilitas kebiasaan yang baik, agar kebiasaan itu juga mereka lakukan.

Artinya kami (saya dan istri) sebagai orang tua juga turut dalam sikap dan perilaku positif ini untuk menunjang proses pembentukan karakter anak.

4. Faktor Sifat Turunan

Tidak sedikit orang menyampaikan bahwa sifat si A sama seperti Bapaknya, sifat si B sama seperti Ibunya. Dan bahkan ada pepatah mengatakan, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.”

Mengetahui faktor ini dapat membantu kami menentukan pengasuhan dalam membentuk karakter anak kami.

Pengalaman Yang Terjadi

Anak-anak kami ada dalam lingkungan yang cenderung bisa kami pantau, walaupun pantauan kami terbatas.
Yang jelas saat ini kegiatan mereka hanya ada di Rumah, sekolah, dan Masjid untuk mengaji.

Baca Juga :   Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak

Misalnya kebiasaan si adik di sekolah sering dilaporkan oleh para guru kepada kami, terlebih jika ada sesuatu yang harus kami bicarakan.

Si adik ketika di Masjid untuk mengaji juga terpantau, terbantu oleh kakak untuk mengawasinya. Baru-baru ini ada berita yang kurang baik. Sifat adik yang cenderung pendiam dan introvert sangatlah bullyable.

Si adik mendapat beberapa pukulan dari teman-temannya dan diam saja, untungnya disaksikan si kakak dan alhamdulillah sudah selesai dengan kebijaksanaan Ustadzah.

Dari kebiasaan di luar rumah pasti si adik adalah anak yang pendiam, kemungkinan juga dia hanya berbicara dengan teman yang benar-benar mau berbicara dengannya duluan.

Saya pernah memantaunya saat bermain di taman bermain, dia adalah anak yang suka mengamati perilaku anak lain. Mungkin sedang berpikir bagaimana cara melakukan pendekatan agar bisa bermain bersama.

Lebih unik lagi ketika ada di rumah. Jika ada saya makannya harus disuapin. Main gadget agak sulit kami jeda.
Pola nasihat dari kami yang berupa larangan maupun perintah maka dia dia akan menolak.

Pembiasaan yang Harus Kami Lakukan

Lingkungan yang ada sudah terjadi ya seperti itu kondisinya sekarang, kami harus melakukan beberapa pembiasaan dan mengatur kembali pola pembentukan karakter dengan membentuk lingkungan yang ada di rumah.

Pembiasaan Ikut Serta

Tempo hari ketika kami mendengar si adik main gawai, tapi dia mainnya sambil murojaah surat Al Kafirun.

Saya mencoba untuk ikut membacanya, dia semakin bersemangat. Di lain waktu Bundanya saya minta untuk membaca surat Al Kafirun ketika dia main gawai, ternyata dia merespon dan ikut membaca. Ini adalah pola yang baru kami akan lakukan untuk meningkatkan spiritual dan intelektualnya.

Baca Juga: Perilaku Anak Yang Seharusnya Tidak Kita Abaikan

Perulangan Nasihat Saat Kondusif

Penolakan secara langsung yang dia lakukan ketika kami nasihati yang berupa perintah maupun larangan membuat kami harus menemukan jalan keluar.

Jalan keluar pertama menasihati dia dengan cara berbisik. Mungkin nasihat yang kami berikan selama ini dia menganggap kami sedang marah.

Perulangan nasihat itu juga kami anggap penting, agar tertancap dalam alam pikirnya. Dan akan dia pahami dan amalkan suatu saat nanti.

Kesimpulan

Karakter-karakter itu muncul bukan begitu saja, atau bahkan sekuat tenaga kita membentuknya tanpa kehendak Yang Kuasa tidak akan terbentuk. Maka bukan hanya berusaha saja tapi juga berdo’a.

5 pemikiran pada “Membentuk Karakter Anak”

  1. Usia bayi hingga balita kalau secara dunia kesehatan adalah periode emas karena masa tumbuh kembang utama dan masa sosialisasi primer.

    Makanya 5 tahun pertama jadi masa paling penting dalam pembentukan karakter anak ya Kak

    Balas

Tinggalkan komentar