Nostalgia Rasa Bakso

Nostalgia rasa bakso seperti rasa yang pernah ada ini muncul. Teringat saat malam mulai datang dengan sedikit hujan, saya kayuh sepeda untuk menuju pedagang kaki lima.

Di samping balai desa, berdiri menjajakan dagangannya, bakso Cap Jago. Mengantri panjang, menunggu sedikit lama, dan saya dapatkan empat bungkus bakso. Yang akan saya bawa pulang untuk dimakan bersama-sama keluarga kecil.

Kejadian itu muncul ketika saya makan dari baksonya Pak Jo. Pedagang kaki lima yang selalu lewat di komplek kantor ini.

Bakso Pak Jo inilah yang membuat saya bernostalgia rasa bakso kala itu.

Mungkin suatu makanan terasa lebih nikmat karena mengingatkan kita pada masa yang dulu. Pastinya, walaupun makanan itu terasa berbeda pada lidah orang lain.

Entah mengapa bakso Pak Jo ini mengingatkan saya pada rasa bakso Cap Jago. Mungkin gara-gara campur saus dan kecap yang saya jadikan satu.

Jarang sekali memang saya memakan bakso bercampur dengan saus tomat dan kecap. Seringnya putihan — saus tomat, kecap, dan sambal saya campur sendiri dalam mangkuk kecil untuk cocolan.

Ada juga kenangan yang terbangun dengan istri ketika makan bakso tertentu. Yang jelas dia pasti hafal akan memilih menu yang mana. Tidak lupa juga mangkuk kecil untuk wadah cocolan.

Sebenarnya saya tidak anti dengan bakso yang baru. Beberapa kali berkenalan dengan bakso yang baru. Bahkan kami makan bersamaan dengan mie ayam.

Jika kami makan dengan mie ayam, ada lagi memori nostalgia rasa yang baru. Jadi, jika ada keinginan memupuk memori itu, tinggal memilih makan di tempat yang kami tuju.

Saya tidak menyangka jika menikmati masakan orang lain membawa kita merasakan nostalgia rasa. Merasakan keunikan yang sama, membuat kita berjalan mundur ke belakang.

BTW, saya tidak sedang memuji rasa bakso itu, karena di setiap lidah seseorang akan berbeda menilainya.

Mungkin kalian pernah merasakan hal yang sama juga. Menikmati sesuatu dari sumber yang berbeda di waktu sekarang, tapi memiliki keunikan yang dapat mengingatkan kalian pada masa lalu.